Falling in love with the pain
· 3 min reads · Acceptance, Self-exploration, Journeys
Aku tersenyum ketika menyadari bahwa aku sedang jatuh cinta—bukan dengan kebahagiaan yang mudah diperoleh, tetapi dengan rasa sakit yang turut mewarnai perjalananku. Aku tahu “masochism” bukanlah konsep yang normal, namun bagiku, ini adalah sedikit kebenaran yang menginspirasi dan memotivasi.
Pertanyaannya adalah, mengapa seseorang akan jatuh cinta dengan rasa sakit? Apakah ini merupakan bentuk penyiksaan diri yang sadis, atau ada alasan psikologis yang lebih dalam di baliknya?
Mencintai akan rasa sakit kadang membuatku termenung. Ini bukan tentang sakit yang diterima oleh fisik, namun tentang tantangan dan kesulitan yang datang bersamaan dengan impian dan ambisi kita. Bukan sekadar mencintai seseorang, melainkan tentang mencintai hidup itu sendiri, dengan segala keterbatasan, kegagalan, dan kekecewaannya.
Ketika aku melakukan rutinitas pekerjaanku, aku melihat itu lebih dari tugas-tugas rutin yang harus aku selesaikan. Aku mencari kesempatan untuk tumbuh, belajar dan mencoba untuk menantang diri sendiri. Aku mengganggap setiap proyek yang sulit adalah panggilan untuk menyelam, belajar lebih dalam, untuk menemukan kreativitas dalam ketidakpastian, dan media untuk menciptakan sesuatu yang baru dari rintangan yang ada.
Tak mudah. Terkadang aku merasa hampir menyerah dengan semua kegagalan dan rasa lelah. namu, di tengah keputusasaan itu, aku menemukan kekuatan. Ada semangat yang menyala dari dalam diriku, mengingatkanku bahwa tak ada kemenangan tanpa pengorbanan dan prestasi tanpa usaha keras.
“Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan” ― Sutan Sjahrir
Saat belajar hal baru, aku sadar bahwa setiap kebingungan adalah kesempatan untuk menemukan penemuan baru. Aku mencoba meraba-raba dalam gelapnya ketidaktahuan, aku menemukan cahaya yang membimbingku ke arah pemahaman yang lebih dalam. Tiap kali aku menghadapi konsep yang sulit atau kosakata asing, aku merasa seperti menari diatas zona nyamanku, bisa jadi disitulah tempat dimana pertumbuhan sejati terjadi.
Mencintai rasa sakit bukan berarti mengejar kesengsaraan dan mengesampingkn kegembiraan. Ini tentang memahami bahwa setiap pengalaman sulit, ada potensi untuk pertumbuhan. Ini tentang mengambil resiko, melangkah keluar dari zona nyaman, dan menghadapi tantangan dengan keberanian dan keteguhan.
Ketika kita memilih untuk mencintai rasa sakit, kita memilih untuk hidup secara utuh. Kita mengakui bahwa kehidupan bukanlah tentang menghindari kesulitan, tapi tentang bagaimana kita meresponsnya. Kita memahami bahwa kita tak benar-benar kalah selama kita tetap bertaruh pada diri kita sendiri, pada impian, dan pada kemampuan kita untuk tetap bangkit tiap kali kita jatuh.
Aku mencoba untuk itu. Aku mencoba untuk jatuh cinta dengan tiap tantangan, kegagalan, dan kekecewaan yang membantuku menulis kisahku sendiri. Karena diantara semua itu, aku menemukan kekuatan yang membantuku menjadi versiku yang lebih baik dari diriku sekarang. Dan pada akhirnya, itulah yang membuat setiap perjuanganku layak diakui.