Resilience
· 2 min reads · Resilience, Mindfulness, Personal Development, Inner Strength
Hari ini, ketika aku duduk di bangku kuliah semester 5, terbersit dalam pikiranku bahwa perjalanan hidup ini memang tak pernah lurus. Aku memandang masa depanku dengan rasa penasaran dan ketidakpastian. Di usiaku yang sudah menginjak kepala dua, bisa dibilang, masa ini adalah saatnya untuk menjalani pencarian jati diri yang sesungguhnya.
Perjalanan hidupku sejauh ini tidaklah mudah. Setiap hari, aku dihadapkan pada berbagai macam tantangan dan rintangan yang menguji ketangguhanku. Tapi, inilah yang membuatku semakin yakin bahwa keberanian dan ketangguhan adalah kunci untuk tetap bertahan di tengah badai kehidupan.
Di dunia perkuliahan, aku merasakan tekanan yang begitu besar. Tugas-tugas yang menumpuk, ujian yang menantang, dan ekspektasi yang tinggi dari diri sendiri serta orang-orang di sekitarku. Namun, aku memilih untuk tidak tenggelam dalam tekanan tersebut. Sebaliknya, aku memilih untuk menganggapnya sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang.
Resilience, bagi ku, adalah kemampuan untuk bangkit setelah jatuh. Ketika mendapati diriku lelah dan hampir menyerah, aku mengingat bahwa setiap kesulitan adalah ujian yang membentuk karakterku. Aku tidak lagi melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya, melainkan sebagai langkah menuju keberhasilan yang lebih besar.
Selama perjalanan pencarian jati diri ini, aku belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya. Aku menyadari bahwa tidak semua hal dapat berjalan sesuai rencana, dan terkadang kita harus memilih untuk beradaptasi dengan perubahan. Ini adalah pelajaran berharga yang tidak diajarkan di dalam buku-buku kuliah.
Ketangguhanku juga diuji di luar kelas. Hidup di masa pandemi lalu memberiku banyak pelajaran berharga. Terbatasnya interaksi sosial, keterbatasan akses ke sumber daya, dan ketidakpastian mengenai masa depan menciptakan lingkungan yang tidak mudah. Namun, aku memilih untuk tetap fokus pada hal-hal yang dapat ku kontrol dan menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru.
Pada akhirnya, aku menyadari bahwa resilience adalah proses yang terus-menerus. Bukan hanya sekadar melalui masa sulit, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Aku belajar untuk tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga untuk hidup dengan penuh makna dan tujuan.
Jadi, di tengah kebimbangan dan ketidakpastian, aku memilih untuk melihat masa pencarian jati diri ini sebagai petualangan yang menarik. Dengan hati penuh ketangguhan, aku yakin bahwa setiap langkahku membawaku lebih dekat kepada versi terbaik dari diriku sendiri. Resilience adalah kuncinya, dan aku siap menghadapi apapun yang akan datang.
“Life doesn’t get easier or more forgiving; we get stronger and more resilient.”
Steve Maraboli