Who am I? Sebuah pencarian identitas yang hilang

· 3 min reads · Learning, Individuality, Personal Development, Self-exploration

Photo by [Felicia Buitenwerf](https://unsplash.com/@iamfelicia?utm_content=creditCopyText&utm_medium=referral&utm_source=unsplash) on [Unsplash](https://unsplash.com/photos/this-is-who-i-am-5yn5rGI5IUw?utm_content=creditCopyText&utm_medium=referral&utm_source=unsplash)

Ada seorang individu yang selalu merasa terdorong untuk menyelidiki dunia sekitar mereka, membangun hubungan baru, dan berusaha memahami orang-orang yang ada di lingkungan mereka di tengah kompleksitas modern. Meskipun keinginan untuk mengenal orang lain mungkin bermanfaat, ada situasi di mana orang menjadi terlalu sibuk mencari tahu tentang orang lain sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memahami diri mereka sendiri.

Dia sering kali bertanya pada dirinya sendiri “Who am I?” karena rasa penasaran yang tinggi. Dia senang mendengarkan cerita orang lain dan siap membagikan kisah hidup mereka. Di setiap pertemuan, mereka memberikan warna baru ke palet kehidupan mereka.

Namun dibalik rasa ingin tahu dan kepedulian mereka terhadap orang lain, tersembunyilah kebingungan tentang identitas mereka sendiri. Mereka tampak kehilangan jejak dalam labirin pikiran mereka sendiri, mencoba memahami kompleksitas orang lain tanpa menyadari bahwa jawaban mendasar mungkin berada dalam diri mereka sendiri.

“Who am I” adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Identitas seseorang terdiri dari berbagai bagian dari aspek kehidupan mereka, seperti nilai-nilai, keyakinan, minat dan peristiwa yang telah mereka alami sebelumnya. Bagi mereka yang terlalu fokus pada eksterior, mencari jawaban dalam diri sendiri dapat menjadi tantangan yang sesungguhnya.

Saat ini, mungkin seseorang ini mengalami kecemasan identitas, di mana mereka merasa sulit untuk menentukan siapa sebenarnya mereka di antara berbagai peran yang dimainkan dalam kehidupan sehari-hari. terlalu sibuk membangun hubungan dengan orang lain, mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk berkoneksi dengan bagian terdalam dari diri mereka sendiri.

Introspeksi mungkin merupakan solusi bagi mereka yang terjebak dalam pencarian identitas eksternal. Refleksi diri, pencarian nilai-nilai pribadi, dan kesadaran tentang tujuan dan keinginan hidp adalah semua bagian dari proses ini. Dengan menemukan keseimbangan antara mengidentifikasi diri dan mengeksplorasi hubungan, seseorang dapat menghindari terjebak dalam kebutuhan identitas yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka.

Jika indivitu tersebut berhasil menemukan dirinya sendiri, layaknya dia berdiri di hadapan cermin besar. Melihat dengan jelas secara penuh dan jelas akan dirinya. Nampak pula kekurangan kelebihannya. Dia tahu batas dirinya secara detail, sesederhana berapa banyak porsi makannya, berapa jauh dia kuat berlari, apa yang ia takuti dan kenapa, semuanya.

Ia tahu apakah dia elang yang terbang di langit ataukah hiu yang menguasai lautan.

Ia dapat menemukan tempat yang tepat dimana ia duduk dan tinggal. Tidak berdasarkan keinginan atau dorongan. Jika dia kepala, dia tahu dengan sadar dia harus bertanggung jawab sebagai pemimpin. Jika dia mata, dia menunjukkan sikap sebgai mata. Masing-masing memliki tanggung jawab yang jelas.

“Who am I” bukan pertanyaan dengan sekali jawab untuk selamanya. Ia adalah perjalanan seumur hidup. Bagi mereka yang cenderung kehilangan diri dalam pencarian hubungan baru, berfokus pada diri dapat membawa pencerahan baru dan memperkuat pondasi identitas yang kokoh.